Theseus: AI Pertama di Dunia yang Ternyata Adalah Seekor Tikus

Robot tikus yang sedang menjelajahi labirin

Pada tahun 1950-an, dunia teknologi dan ilmu pengetahuan mengalami revolusi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tengah gejolak perkembangan ini, seorang ilmuwan bernama Claude Shannon berhasil menciptakan sebuah inovasi yang mendobrak batasan-batasan pemikiran konvensional. Inovasi tersebut adalah Theseus, seekor robot tikus yang menjadi salah satu pionir dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Dalam artikel ini, Kesempatas akan mengajak Anda menjelajahi konsep yang mendasari Theseus, peranannya dalam sejarah kecerdasan buatan, serta implikasi yang ditimbulkan oleh penemuan tersebut bagi dunia teknologi modern.

Latar Belakang Claude Shannon dan Kontribusinya

Claude Shannon, yang dikenal sebagai "Bapak Teori Informasi", merupakan seorang matematikawan dan insinyur yang berperan penting dalam pengembangan teori komunikasi dan informasi. 

Claude Shannon, Bapak Teori Informasi
Claude Shannon, Bapak Teori Informasi. Sumber: quantamagazine

Sebagai seorang visioner, Shannon memahami bahwa informasi, dalam bentuk apapun, memiliki nilai yang mendasar dalam pengambangan teknologi. Kecerdasan buatan, yang kini menjadi salah satu cabang ilmu terkemuka, sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep yang digagas oleh Shannon.

Konsep Theseus: Robot Tikus Pertama

Theseus, yang dirancang oleh Shannon dan rekannya, adalah sebuah robot kecil yang menyerupai tikus. Robot ini dirancang untuk menjelajahi labirin dengan tujuan untuk memahami bagaimana makhluk hidup melakukan navigasi di lingkungan mereka. 

Robot Theseus di Museum MIT
Theseus di Museum MIT. Sumber: history of ai

Dengan menggunakan sensor dan mekanisme gerak yang sederhana, Theseus dapat menyimpan informasi tentang rute yang telah diambil, mengidentifikasi jalur yang tepat, dan menghindari hambatan.

Mekanisme Kerja Theseus

Theus menggunakan gabungan dari beberapa teknik dasar untuk mencapai tujuannya. Ia dilengkapi dengan sejumlah sensor yang memungkinkannya mendeteksi dinding dan rintangan di sekitarnya. Dengan informasi yang diperoleh dari sensor-sensornya, Theseus dapat membuat keputusan secara real-time, mengarahkan dirinya melalui jalur yang paling efisien. Algoritma yang diterapkan padanya memungkinkan robot ini untuk belajar dari pengalaman navigasi sebelumnya, sehingga semakin meningkatkan kemampuan dan ketepatannya di setiap percobaan.

Isi "Otak" Theseus
Isi "Otak" Theseus. Sumber: MIT Technology Review

Penggunaan prinsip pembelajaran ini adalah salah satu aspek inovatif dari Theseus. Dalam pandangan Shannon, pembelajaran merupakan bagian integral dari kecerdasan. Dengan memungkinkan Theseus untuk "belajar" dari pengalaman, Shannon menunjukkan bahwa meskipun robot ini tidak memiliki kecerdasan dalam pengertian manusia, ia masih dapat menunjukkan kemampuan adaptif yang mimik perilaku makhluk hidup.

Implikasi dari Penemuan Theseus

Karya Shannon melalui Theseus menjadi landasan bagi banyak inovasi dan penelitian lanjutan di bidang kecerdasan buatan. Konsep pembelajaran mesin dan pengambilan keputusan otonom yang diperkenalkan bersamaan dengan pengembangan robot ini terus berkembang hingga saat ini, menghasilkan aplikasi yang luas dalam berbagai bidang, mulai dari otomasi industri hingga penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pelajaran yang bisa diambil dari Theseus adalah pentingnya eksperimen dan pengujian dalam pengembangan teknologi. Selama bertahun-tahun, konsep-konsep yang datang dari penelitian awal ini telah divalidasi dan diperluas oleh berbagai ilmuwan dan peneliti lainnya. Mereka berusaha untuk memahami bagaimana makhluk hidup dan mesin dapat belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Kesimpulan

Theseus bukan hanya sekadar sebuah robot tikus; ia adalah simbol dari pencapaian intelektual yang mendasari kemajuan teknologi yang kita nikmati saat ini. Karya Claude Shannon menjadikan Theseus sebagai pionir dalam bidang kecerdasan buatan, memicu imajinasi dan inovasi di kalangan para peneliti dan insinyur di berbagai disiplin ilmu. Melalui eksplorasi konsep belajar dan adaptasi, Theseus memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana kita dapat mengembangkan sistem AI yang lebih cerdas dan responsif.

Dengan memahami warisan Theseus, kita tidak hanya menghargai sejarah kecerdasan buatan, tetapi juga memperoleh pelajaran yang berharga untuk masa depan. Di era di mana AI memainkan peran yang semakin penting dalam kehidupan manusia, karya monumental dari Claude Shannon harus dikenang dan dipelajari secara mendalam. Theseus, robot tikus AI pertama di dunia, adalah pendahulu yang menunjukkan potensi tak terbatas yang dimiliki oleh kecerdasan buatan.